TERAS7.COM – Dugaan pengoplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Pertamax yang viral belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengguna kendaraan bermotor.
Menurut Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Borneo, M Irfan Fajrianur, S.E, praktik ini bukan sekadar merugikan konsumen secara ekonomi, tetapi juga berdampak buruk pada mesin kendaraan dan lingkungan.
“Manipulasi ini seolah-olah menaikkan Research Octane Number (RON) dari 90 ke 92 atau lebih tinggi. Padahal, RON menentukan kecepatan bahan bakar terbakar dalam mesin yang panas. Semakin tinggi RON, semakin cepat terbakar dan lebih efisien, sehingga berpengaruh pada daya gerak kendaraan serta emisi gas buang,” ujar Irfan, Rabu (26/02/2025).
Terlebih menurutnya, bahan bakar oplosan tidak hanya membuat harga yang dibayar konsumen menjadi tidak sebanding dengan kualitasnya, tetapi juga dapat menyebabkan kendaraan lebih cepat rusak, boros bahan bakar, dan menghasilkan lebih banyak residu.
“Dampaknya bisa sangat merugikan konsumen. Selain harga yang tidak sesuai, kendaraan juga lebih cepat rusak, konsumsi bahan bakar lebih boros, dan emisi buangnya meningkat,” katanya.
Meski belum ada laporan langsung dari masyarakat, LPK Borneo tetap mengingatkan bahwa konsumen memiliki hak untuk menempuh jalur hukum jika merasa dirugikan.
“Kami sebagai lembaga perlindungan konsumen siap mengakomodir pengaduan masyarakat dan membawa masalah ini ke jalur hukum jika diperlukan,” tegasnya.
Dugaan pengoplosan bahan bakar ini menjadi perhatian serius karena dampaknya yang luas. Oleh karenanya, konsumen diimbau untuk lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan indikasi praktik serupa di daerah masing-masing.