TERAS7.COM – Dapat berumur panjang lebih dari 100 tahun merupakan anugerah yang sangat jarang didapatkan oleh manusia di masa sekarang.
Sebagian besar manusia berumur panjang hanya ditemukan di negara maju seperti Jepang yang memiliki kualitas dan harapan hidup tinggi, sedangkan di negara berkembang seperti di Indonesia hal ini cukup langka.
Kebanyakan orang-orang yang telah mencapai umur hampir 100 tahun pun sudah kehilangan stamina serta penurunan fungsi panca indra dan daya ingatnya.
Tapi tidak demikian dengan Nenek Jariah yang berumur lebih dari 110 tahun, warga Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat saat ditemui awak media dikediamannya pada minggu (9/6).
Nenek Jariah masih dengan fasih berbicara dan mendengarkan lawan bicaranya, walaupun ia mengatakan tidak terlalu ingat beberapa hal seperti tahun lahirnya.
“Saya sehat-sehat saja. Pendengaran dan pengelihatan masih bagus. Kemarin sempat sakit dan tidak makan nasi selama 3 bulan. Tinggal saya sendiri yang masih hidup, kakak saya semuanya sudah meninggal,” kata Nenek yang merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara ini.
Bahkan ia berkisah beberapa tahun yang lalu masih bekerja di sawah miliknya yang berada di seberang sungai dari rumahnya.
“Baru kurang lebih 3 tahun ini hanya di rumah. Sebelumnya saya mampu pergi kerja ke sawah. Saya masih mampu ke dapur sendiri,” ungkap Nini Jariah.
Ia menambahkan pada bulan ramadhan beberapa waktu yang lalu ia berhasil menunaikan kewajibannya berpuasa.
“Alhamdulillah saya bisa menunaikan puasa sebulan. Sahur dan buka makan nasi seperti biasa dengan lauk ikan sungai. Tapi hanya mampu habis setengah wancuh saja (sendok nasi – red),” terangnya.
Saat ditanyakan mengenai rahasia umur panjangnya, Nini Jariah mengatakan tidak ada yang istimewa yang ia lakukan.
“Saya makan dengan makanan seperti orang biasanya. Tak ada pantangan, daging pun saya makan. Tapi saya tak minum air es karena perut tak mau menerima. Juga tak ada amalan tertentu, hanya banyak baca shalawat dan surah Al-fatihah empat,” ceritanya.
Julak Ali, anak pertama Nenek Jariah yang juga berumur panjang, kurang lebih dari 70 tahun menceritakan ibunya sempat sakit beberapa bulan yang lalu.
“Ibu saya sempat sakit. 3 bulan tidak bisa makan normal. Saat diperiksa ke Rumah Sakit pun dokter yang periksa bingung. Kondisi ibu saya sehat aja, cuma lelah karena tua saja,” kisah pria yang juga masih sanggup bekerja di sawah ini.
Ia juga membenarkan bahwa ibunya beberapa tahun sebelumnya masih mampu bekerja di sawah milik keluarga yang ada di seberang sungai Martapura.
“Ibu saya beberapa tahun yang lalu masih sanggup ke sawah. Bahkan mendayung perahu untuk menyeberang sungai Martapura. Mulai kurang lebih 3 tahun yang lalu beliau tidak bisa bekerja seperti biasa lagi. Sekarang beliau tinggal di rumah adik saya, kadang beliau duduk-duduk di teras rumah,” terang Julak Ali.
Julak Ali mengatakan ia juga lupa kapan tahun tahun lahir ibunya, bahkan dirinya sendiri.
“Yang pasti ibu saya ini istri veteran perang kenerdekaan. Yang saya ingat ibu saya menyaksikan kedatangan Presiden Sukarno ke kampung kami. Saat itu rumah kami masih di seberang sungai dan rumah masih jarang disini. Ibu saya tak pernah pergi jauh dari kampung. Juga yang saya ingat ialah saya menikah tahun 1969 dan lahir anak pertama saya tahun 1971,” ungkap pria yang merupakan anak sulung dari 8 bersaudara ini.
Umur ibunya yang melebihi 100 tahun dan masih bisa dikatakan sehat ini ujarnya sempat menarik kelompok yang mengadakan penelitian di rumah Banjar yang ada di Teluk Selong.
“Ibu saya sempat dibawa ke rumah Banjar yang ada di Teluk Selong untuk di foto dan hasilnya dikirimkan ke Jakarta. Bahkan mendapat beberapa hadiah,” ucapnya.
Wahdah (48), anak pertama dari Julak Ali menambahkan bahwa sekarang Nenek Jariah memiliki anak cucu yang cukup banyak.
“Yang saya tahu Nenek saya ini sekarang memiliki 8 anak yang masih hidup semua, 25 orang cucu termasuk saya dan 8 orang buyut. Sampai tahun 2016 yang lalu beliau masih sanggup bekerja di sawah, baru 3 tahun belakangan harus istirahat di rumah,” jelasnya.
Ia sendiri sampai sekarang masih mengkhawatirkan kondisi neneknya tersebut, apalagi saat sempat mengalami sakit beberapa bulan yang lalu.
“Saya sempat khawatir, karena kami sekeluarga jarang ada di rumah karena harus bekerja di sawah. Alhamdulillah sekarang ada cucu dan buyut beliau yang bisa menjaga beliau di rumah,” kata Wahdah.