TERAS7.COM – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Barito Kuala (Batola) mengunjungi kantor PT Palmina Utama di Desa Simpang Lima, Kecamatan Cintapuri Darussalam, Kabupaten Banjar, pada Senin (3/2/2025). Kunjungan ini bertujuan untuk membahas langkah mitigasi banjir yang selama ini melanda Kecamatan Jejangkit, Batola.
Jejangkit menjadi salah satu wilayah langganan banjir, terutama setelah banjir besar pada awal 2021. Bahkan ketika kecamatan lain relatif aman pada musim hujan 2023, sebagian besar desa di Jejangkit justru masih terendam air. Dampak banjir ini tidak hanya dirasakan secara sosial dan ekonomi, tetapi juga berpengaruh terhadap luas tanam padi yang semakin menyusut.
Banjir di Jejangkit dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti curah hujan ekstrem, posisi topografi yang rendah, serta aliran air kiriman dari wilayah timur menuju Sungai Barito. Selain itu, terdapat dugaan bahwa pembuangan air dari perkebunan sawit PT Palmina Utama, yang merupakan bagian dari Julong Group, turut memperparah kondisi banjir di wilayah tersebut.
Pada Oktober 2023, masyarakat dan PT Palmina Utama telah menyepakati penutupan akses pembuangan air dari perkebunan sawit ke outlet. Namun, dugaan keterlibatan perusahaan dalam memperburuk banjir masih berlanjut, sehingga DPRD Batola bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batola kembali bertemu dengan pihak perusahaan untuk mencari solusi lebih lanjut.
Ketua DPRD Batola, Ayu Dyan Liliyana Sari Wiryono, menegaskan bahwa tujuan pertemuan ini adalah mencari solusi terbaik bagi masyarakat Jejangkit. “Intinya, kedatangan kami adalah bersama-sama mencari solusi untuk meminimalisasi dampak banjir, khususnya bagi masyarakat di Jejangkit,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi sikap terbuka PT Palmina Utama dalam menyepakati langkah-langkah mitigasi yang akan dilakukan. “Sambutan perusahaan bagus, dan akhirnya diperoleh beberapa kesepakatan. Tinggal mengeksekusi kesepakatan tersebut,” tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa PT Palmina Utama akan bekerja sama dalam mitigasi banjir di Jejangkit. Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan adalah pembangunan tanggul di sebelah selatan Jejangkit untuk menahan luapan air serta normalisasi sungai yang mengarah ke Sungai Barito agar aliran air lebih lancar dan tidak menggenang terlalu lama. Selain itu, tim khusus akan dibentuk untuk fokus pada mitigasi dan solusi banjir di Jejangkit. Tim ini akan melibatkan berbagai pihak terkait agar pelaksanaan langkah-langkah yang telah disepakati dapat berjalan secara efektif.
Menanggapi dugaan bahwa banjir di Jejangkit disebabkan oleh pembuangan air dari kebun sawit mereka, Manajer SSL PT Palmina Utama, Musa, menyatakan bahwa tidak seluruh air dari kebun sawit dibuang ke Sungai Alalak. “Terkait dugaan banjir disebabkan pembuangan air dari kebun, sebenarnya perusahaan tidak seluruhnya membuang air ke Sungai Alalak,” jelasnya.
Ia juga menyoroti keberadaan perusahaan lain di hulu yang menggunakan pompa untuk membuang air, sehingga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan PT Palmina Utama. “Tidak semata-mata air dari PT Palmina,” tegasnya. Musa juga mengungkapkan bahwa curah hujan pada awal 2025 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni mencapai 775 milimeter. Sebagai perbandingan, saat banjir besar 2021, curah hujan tercatat sebesar 688 milimeter. “Faktor curah hujan yang tinggi juga berpengaruh terhadap banjir yang terjadi saat ini,” pungkasnya.