TERAS7.COM – Serambi Mekah dan Kota Santri merupakan julukan serta sebutan bagi Martapura.
Hal ini dikarenakan, nuansa religius serta semaraknya cahaya dakwah keislaman seperti dijumpainya pelbagai Pondok Pesantren, Majelis Taklim, pengajian dan syiar-syiar keagamaan lainnya.
Dengan memiliki ciri khas dan karakteristik tersebut, Ibu Kota Kabupaten Banjar ini menjadi ikon pendidikan Islam, khususnya dalam ranah pondok pesantren yang berbasis tradisional.
Selain sebagai kota yang didatangi para santri dari berbagai daerah, Martapura juga dianugerahi dengan kehadiran para alim ulama dan aulia.
Keberadaan para ulama tersebut memiliki peran sentral dalam memberikan tuntunan serta menjadi ‘Nur’ bagi kehidupan masyarakat, baik dari dimensi sosial maupun ritual keagamaan.
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, KH Kasyful Anwar, KH Samman Mulia (Guru Padang), KH Syarwani abdan (Guru Bangil), KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul), KH Salim Ma’ruf, Tuan Guru KH Zainal Ilmi, KH Muhammad Husin Qodri, adalah sekian dari banyaknya nama-nama ulama yang pernah mengisi riwayat perjalanan Martapura sebagai telaga keilmuan pada waktu dan masanya masing-masing.
KH Anang Sya’rani Arif merupakan salah seorang ulama di Martapura yang pernah mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan syiar agama islam dengan karakter beliau yang tekun dalam menimba ilmu dari banyak guru, sederhana serta ramah tamah kepada siapapun.
Di Mekkah, KH Anang Sya’rani Arif konsisten, serius, dan semangat belajar dengan ulama-ulama besar di zamannya, sehingga Guru Sya’rani Arif menyandang gelar Muhaddist, yakni orang yang memiliki keahlian dan hafal matan hadist beribu-ribu lengkap dengan sanadnya.
Bersama sepupu beliau, KH Syarwani Abdan (Guru Bangil) ketika menuntut ilmu di tanah suci, keduanya mendapat gelar Dua Mutiara Dari Banjar.
Ulama yang pernah menjadi pimpinan Pondok Pesantren Darussalam setelah kepemimpinan KH Kasyful Anwar ini, menimba ilmu di Mekkah selama 22 tahun dan sempat mengajar di Masjidil Haram.
Guru Sya’rani Arif, ketika wafatnya, beliau dimakamkan di Kampung Melayu Tengah, Martapura Kalimantan Selatan.
Kai Hasan, yang diamanahi keluarga besar KH Anang Sya’rani Arif untuk menjaga dan merawat Kubah beliau menuturkan, bahwa sosok Guru Anang Sya’rani Arif dapat dijadikan figur bagi generasi muda yang sedang menuntut ilmu sebagai inspirasi agar tetap konsisten dan tidak mudah menyerah dalam proses belajar.
“Dulu sewaktu masih berada di Keraton, Abah Guru Sekumpul berjalan kaki menuju Kampung Melayu untuk belajar kepada Guru Anang Sya’rani Arif,” imbuhnya