Pada Tahun 2003, seorang peserta bernama Warren Wald mengikuti sebuah ajang pencarian bakat Pop Idol di Inggris, mendadak menjadi selebriti setelah ia mengikuti audisi dengan membawakan lagu legendaris era 1980-an milik group Survivor, Eye of The Tiger (Silakan cek di YouTube masih ada tuh!).
Saat audisi di depan para juri ia menyanyikan lagu itu dengan sangat buruk, namun anehnya publik malah mengelu-elukannya.
Warren yang semula hidupnya biasa saja tiba-tiba menjadi berita di beberapa media, diwawancara ke berbagai televisi dan radio, sampai video klip dia bernyanyi menjadi viral di YouTube.
Warren tidak tahu persis seberapa buruk kemampuannya bernyanyi, hingga suatu saat penyebab ketenarannya terungkap.
Ketika banyak tawaran masuk, Warren menyadari bahwa dia dipuja publik karena keberanian, tekad, dan keluguannya, bukan karena kemampuan bernyanyinya. Hal ini membuat karir Warren sebagai penyanyi terhenti kemudian.
Menurut Imam Al-Ghazali, jenis manusia yang paling buruk adalah Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri, yakni seseorang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak berilmu dan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu (dari kitab Ihya‘ Ulumuddin dimana Imam Al Ghazali menukil dari ungkapan Syekh Kholil bin Ahmad-red ).
Ini jenis manusia yang selalu paling merasa mengerti, selalu merasa paling tahu, selalu merasa paling memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya lagi manusia jenis ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa lebih tahu.
Menghadapi orang yang sok pintar sering kali membuat kita merasa tidak nyaman, atau bahkan kesal. Pernahkah kamu melihat atau malah beradu argumen dengan orang yang penuh percaya diri padahal ia sama sekali tidak memiliki kompetensi dan pengetahuan apa-apa terkait topik yang sedang dibahas? Pastinya hal ini bukanlah hal yang jarang terjadi.
Dalam dunia psikologi, dilansir dari Wikipedia, orang-orang yang merasa dirinya pintar adalah mereka yang sedang mengalami Dunning-Kruger Effect (Teori Dunning-Kruger Effect dikembangkan oleh David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999, dua profesor psikologi dari Cornell University-red).
Orang-orang yang terkena efek ini selalu merasa paling unggul akan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.
Padahal, mereka tidak menyadari bahwa tingkat pengetahuan dan kemampuannya masih berada jauh di bawah orang lain.
Dunning-Kruger Effect adalah suatu bias kognitif atau kekeliruan dalam menilai dan berpikir mengenai kemampuan yang dimilikinya. Orang tersebut percaya bahwa ia lebih pintar dan lebih mampu daripada kenyataannya.
Ini terjadi karena kombinasi antara kesadaran diri yang buruk kemampuan kognitif yang rendah sehingga membuatnya terlalu tinggi dalam menilai kemampuan diri sendiri.
Dalam kasus Warren Wald di atas, tanpa sadar publik turut andil menjerumuskannya (dalam bahasa Banjar : “menyelanjurakan ) ke dalam “jurang kebodohan”.
Publik acapkali memang menggemari, mendukung dan memperjuangkan sesuatu hal yang dianggap underdog.Seberapa sering kita bekerjasama dengan orang yang tidak kompeten dan sehebat seperti apa yang mereka katakan.
Dalam kadar tertentu itu adalah hal yang normal karena kepercayaan diri merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan tugas.Tapi masalahnya sebagai bias kognitif Dunning-Kruger Effect dapat menciptakan hal-hal yang sangat merugikan saat ia secara tidak sadar telah menggurita, dan mengakar dalam kehidupan masyarakat kita, sehingga bertumbuhan bak jamur di musim penghujan, entah sebagai ilmuwan gadungan, pakar-pakar bodong, intelektual karbitan, influencer-influencer norak, yang sayangnya acapkali pula mendapatkan dukungan publik yang berlebihan.
Bahkan di level-level pengambil kebijakan, Dunning-Kruger Effect bisa menjadi sangat berbahaya, bukan tidak mungkin Dunning-Kruger Effect merupakan penyebab penyumbang sebagian besar kekacauan dunia.
Mungkin saja bukan masalah perubahan iklim, mungkin saja bukan soal kelebihan penduduk, mungkin saja bukan krisis ekonomi, mungkin bukan pula persoalan minimnya lapangan pekerjaan, bahkan sangat mungkin bukan wabah Covid-19.
Jangan-jangan masalah terbesar kita saat ini adalah terletak pada fake decision making :”the wrong man on the wrong place”
Mbuh, karepmu …
Bang Asys
Seorang anak manusia yang berusaha menulis dengan baik namun selalu terganggu oleh tuntutan dan kondisi kehidupan