TERAS7.COM – Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang juga Ketua Pokja inklusif Sartiyuni saat menghairi sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Pendidikan Inklusif di wilayah Kecamatan Landasan Ulin. Bertempat di Aula Kecamatan Landasan Ulin Banjarbaru, Selasa (10/04).

Berhadir juga Sekretaris Kecamatan Landasan Ulin, Narasumber Husnul Khatimah dari Pokja Pendidikan Inklusif Kota Banjarbaru, Ketua RT/RW dan Tokoh agama se Kecamatan Landasan Ulin.
Lia selaku panitia mengatakan bahwa maksud dan tujuan di adakannya Sosialisasi Pendidikan inklusif di wilayah Kecamatan Landasan Ulin adalah untuk menambah wawasan bagi para peserta sosialisasi terkait Pendidikan inklusif di Kota Banjarbaru.
“Diharapkan pula dengan adanya sosialisasi ini, para peserta dapat membagikan ilmu pengetahuan yang didapat kepada masyarakat umum tentang apa artinya Pendidikan Inklusif. Materi yang disampaikan kepada peserta adalah sosialisasi terkait Pendidikan inklusif,” ujarnya.
Peserta sosialisasi adalah Ketua RT/RW, Tokoh Agama/Masyarakat dan unsur perempuan Kelurahan se Kecamatan Landasan Ulin. kegiatan Sosialisasi Pendidikan inklusif di wilayah Kecamatan Landasan Ulin selama satu hari.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru Sartiyuni mengatakan, bahwa pada Peringatan Hari Anak Nasional beberapa waktu lalu, Banjarbaru dijadikan kota inklusif.
Dimana bila ada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mau masuk ke sekolah reguler maka harus diterima dengan syarat di sekolah tersebut harus ada guru khusus yang menanganin Berkebutuhan Khusus.
Karena sekolah inklusif berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak luar biasa. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tuna rungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh),” pungkasnya.
Oleh karena itulah sangat penting Sosialisasi Pendidikan inklusif dilaksanakan agar masyarakat dapat menerima adanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ini di masyarakat, kata Sartiyuni.
Husnul Khatimah selaku narasumber dalam paparannya menyampaikan agar masyarakat bisa mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang layanan pendidikan inklusif.
Dan masyarakat juga dapat terlibat dan berperan aktif serta berfartisifasi dalam upaya menciptakan iklim pendidikan yang kondusif dengan memberikan dukungan sumber daya dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi program.
“Agar masyarakat dapat menjadi motor penggerak kesadaran pada setiap keluarga untuk lebih peduli dalam mempersiapkan generasi penerus dengan lebih baik lagi (sebagai langkah intervensi dini),” jelasnya.