TERAS7.COM – Barito Kuala (Batola) adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang beribukota di Marabahan dan terletak paling barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Kabupaten yang memiliki luas wilayah 3.284 km² dan penduduk sebanyak 276.066 jiwa menurut hasil sensus 2010 ini berada di tanah rawa-rawa yang cenderung datar dengan ketinggian 1-3 meter di atas permukaan laut dan diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas serta dilalui banyak anak-anak sungai kecil.
Secara umum daerah ini tanahnya memiliki tingkat keasaman tanahnya antara PH 3,5-4,5 dengan airnya payau ini tidak memiliki hutan primer seperti kabupaten lain di Kalimantan Selatan, tapi ditumbuhi oleh tumbuhan rawa alami seperti pohon bakau (Mangrove), cemara laut (Cacuarina sp), pohon nipah, pohon galam (Melaleuca spp) dan purun tikus (Fimbristylis spp).
Karena itu warga Batola yang mayoritas adalah petani ini memanfaatkan tanah rawa tersebut menjadi lahan persawahan padi dengan sistem pengairan memanfaatkan pasang surut Sungai Barito dan Sungai Kapuas serta menggali handil-handil (parit) untuk memaksimalkan pengairan pertanian mereka.
Akan tetapi, bukan hanya padi dan tumbuhan rawa saja yang bisa ditanam di Kabupaten yang tanahnya agak asam dengan air payau ini, tapi juga tumbuhan lain yang bernilai ekonomis tinggi juga bisa di tanam di tanah rawa ini.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Barito Kuala, Murniati menjelaskan pada Teras7.com di Kontes Durian dan Pameran Buah Eksotik di Kiram Park, Desa Kiram, Kabupaten Banjar pada 24 Januari 2019 menjelaskan bahwa tanaman seperti nanas dan durian pun bisa ditanam di tanah rawa-rawa.
“Bahkan Nanas sudah menjadi produk pertanian unggulan di Batola. Kita sendiri punya 2 jenis buah nanas yang menjadi unggulan kami, yaitu Nanas Paun dan Nanas Tamban,“ ungkap Murniati
Murniati menjelaskan bahwa kedua nanas khas Batola ini punya perbedaan yang mencolok, yaitu buah Nanas Paun ukurannya cukup besar dengan daging agak pucat tapi rasanya manis asam, sedangkan Nanas Tamban ukurannya sama dengan nanas umumnya dengan daging berwarna kuning orange dengan kadar air yang banyak.
“Nanas yang sudah menjadi produk unggulan kami utamanya Nanas Tamban ini bisa menjadi berbagai produk olahan seperti sirup, dodol dan bahkan dibikin jus, walaupun bisa dikonsumsi langsung untuk di makan langsung atau menjadi pelengkap jajanan pencok,“ ungkapnya.
Sedangkan yang tak kalah unik adalah durian yang menjadi unggulan kedua produk pertanian di Batola, walaupun tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Kalimantan, tapi durian tidak secara alami tumbuh di atas tanah rawa.
“Inilah uniknya durian di Batola karena di tanam di atas tanah rawa, biasanya kan durian tumbuh di daerah pegunungan, ternyata bisa di tanam dan tumbuh. Ada beberapa durian yang di tanam seperti durian montong,“ terang Murniati.
Durian yang menjadi unggulan Batola sendiri adalah Durian Barambai dan Durian Rantau Badauh yang punya kekhasan sendiri dibandingkan dengan dengan durian dari daerah lain di Kalsel.
“Yang paling khas adalah durian Batola ini tidak berulat karena di tanam diatas tanah rawa, walaupun punya rasa sama dengan durian lainnya, malah lebih renyah karena punya kadar air lebih banyak,“ tambahnya.
Selain di makan secara langsung, daging durian asal Batola ini oleh Dinas PTPH Batola ini dikreasikan menjadi berbagai produk makanan khas masyarakat Banjar, seperti Wajik dan Bingka serta kue basah seperti Pai.
“Dinas PTPH Batola sendiri membuah kue-kue kreasi berbahan durian dalam rangka mengikuti kontes durian ini. Tapi kue ini belum dijual secara umum, tapi baru di jual di sekitar Marabahan saja. Untuk pembuatannya tak ada bedanya dengan Wajik, Bingka dan Pai yang biasa, cuma bahan dasarnya memakai buah durian,” jelas Murniati.