TERAS7.COM – Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarbaru sudah memakan korban, sedikitnya 3 orang telah meninggal dunia akibat virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinsekes) Kota Banjarbaru Agus Widjaja saat dikonfirmasi oleh wordpress-1348129-4951175.cloudwaysapps.com, pada Rabu (06/02), ia mengatakan, dari laporan yang dirangkum dinyatakan 3 orang meninggal dunia akibat virus DBD di Kota Banjarbaru.
“Terhitung hingga tanggal 04 Pebruari 2019, ada 81 kasus Deman Dengue (DD), 148 kasus DBD dan terakhir 3 orang meninggal dunia kasus Dengue Syok Syindrome (DSS),” ujarnya.

Agus Widjaja melanjutkan, Dinkes Kota Banjarbaru sebelumnya sudah melaksanakan sosialisasi tentang penanggulangan DBD kepada masyarakat Kota Banjarbaru melalui Puskesmas, namun tingginya angka pasien DBD di Kota Banjarbaru disebabkan beberapa faktor, diataranya genagan air hujan di botol botol sampah atau tempat yang bisa tergenang air menjadi tempat berkembang biak jentik, banyaknya rumah rumah yang tidak berpenghuni di kota Banjarbaru, sampah kuliat buah durian yang bisa menggenang air dan menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan lingkungan sekolah yang kotor dan lembab menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

“Sosialisasi ke masyarakat sudah dari dulu rutin, cuman masyarakat saja yang lupa, bagaimana mungkin kami petugas kesehatan sekian ratus mengcover masyarakat Banjarbaru 2400 manusia, dari puskesmas inilah yang mensosialisasikan,” terangnya.
Ditempat terpisah, saat wartawan wordpress-1348129-4951175.cloudwaysapps.com melakukan pemantauan dan menanyakan kepada sejumlah orang tua yang anaknya terkena DBD dan dirawat di Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Banjarbaru, mereka mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait pencegahan DBD sebelumnya.
Seperti yang diungkapkan Muasih, warga Komplek Kelapa Gading Permai Banjarbaru. Ia mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait pencegahan atau penanggulangan DBD, dari dinkes maupun petugas kesehatan lainnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Farida, warga Jalan Jolali Loktabat Utara, yang sudah menjaga anaknya yang dirawat untuk kedua kalinya.
”Gak ada sih selama ini (sosialisasi mengenai DBD sebelumnya). Soalnya anak saya ini sudah dua kali masuk, tahun sebelumnya pernah kena DBD juga. Malah setelah anak saya kena DBD, mereka baru datang ke rumah,” ungkapnya.