TERAS7.COM – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Banjarbaru melaksanakan Apel Kebangsaan dan Atraksi Seni Beladiri Pagar Nusa NU se kota Banjarbaru tahun 2019 di Taman Van Der Pijl Banjarbaru pada Minggu (20/10).
Apel Kebangsaan yang dibuka langsung oleh Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani ini turut dihadiri oleh Ketua PCNU Banjarbaru Muslih Amberi, Dandim 1006/Martapura Letkol Arm Siswo Budiarto dan Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Jaya.
Apel kebangsaan dalam rangka Peringatan Hari Santri ini diikuti seluruh pengurus NU Banjarbaru dan perwakilan beberapa badan otonom NU seperti GP Ansor, PMII, Pagar Nusa dan sebagainya.
Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani mengatakan apel kebangsaan ini merupakan sarana perekat ukhuwah islamiyah untuk memotivasi dan membangkitkan nilai kebangsaan.
“Kita semua, terutama kalangan santri punya tanggung jawab kepada negara untuk mempertahankan NKRI dan keIndonesiaan kita,” ujarnya.
Santri kata Nadjmi Adhani berkontribusi dalam merawat perdamaian di dunia, karena ketika di pesantren mereka di didik dan di bina dalam lingkungan yang damai.
“Hal ini sesuai dengan ajaran agama islam yang Rahmatan Lil Alamin, sehingga para santri diharapkan dapat berkiprah sesuai kemampuan masing-masing. Tak hanya jadi penonton, tapi santri diharapkan jadi pemain di segala bidang pembangunan, terutama di Kota Banjarbaru,” ungkapnya.
Banjarbaru yang selama ini terkenal sebagai salah satu kota pendidikan memiliki kurang lebih 13 pondok pesantren dan memiliki banyak santri yang datang dari berbagai daerah.
“Saya berpesan agar para santri di Kota Banjarbaru dapat berkontribusi dalam pembangunan sehingga makin maju dan keberadaannya dirasakan bermanfaat bagi masyarakat,” harap Nadjmi Adhani.
Apel ini diisi oleh ikrar kebangsaan oleh ratusan anggota Pagar Nusa NU Kota Banjarbaru, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Taat dan patuh pada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI; Menolak radikalisme; Menjaga persatuan dan kesatuan umat beragama; dan Menolak penyebaran berita bohong dan ajaran kebencian.
Kemudian acara ditutup dengan beberapa atraksi seperti memecah kelapa dengan mulut, memecahkan bata pakai tangan, peragaan jurus dan penggunaan senjata tajam dari ratusan santri yang tergabung di Pagar Nusa dari Pondok Pesantren yang ada di Banjarbaru.