TERAS7.COM – Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 menggelar video teleconference perdana pasca berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Banjar pada Rabu (3/6).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sekaligus Jubir GTPP Covid-19 Banjar, dr. Diauddin mengatakan terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif menjadi 115 kasus.
“Yang dirawat saat ini 99 orang, hampir menyentuh angka 100 orang. sedangkan yang sembuh ada 9 orang dan meninggal ada 7 orang,” ujarnya.
Diauddin mengungkapkan dalam beberapa hari mendatang akan ada lagi penambahan kasus karena sampel hasil swab terus menerus dikirimkan setiap hari.
“Hari ini saja kita sudah melakukan swab pada 41 orang, rata-rata setiap hari minimal ada 30 orang yang kami lakukan tes swab,” ujarnya.
Kabupaten Banjar sendiri menjadi salah satu daerah yang akan melaksanakan New Normal, namun persyaratan untuk mewujudkannya cukup ketat.
“Dari WHO ada 3 syarat sebuah daerah atau negara bisa melaksanakan New Normal. Pertama adalah indeks penularan Corona sudah berada dibawah 1, kedua adalah pelaksanaan tes swab massal dilakukan secara massif minimal 10% dari jumlah penduduk. Misalnya ditempat kita ada 500 ribu, minimal kita harus bisa melakukan 50 ribu,” terangnya.
Ketiga adalah kesiapan fasilitas kesehatan dan sarana prasaranya termasuk tenaga medis maksimal 60% untuk menangani pasien Covid-19.
“Kalau ditempat kita selalu kewalahan untuk melayani pasien karena penuh. Kalau dilihat dari seluruh persyaratan tersebut, taka da satupun daerah di Indonesia yang siap masuki new normal. Akan tetapi karena ada penunjukan dari pusat perlahan tapi pasti kita menuju new normal,” terang Diauddin.
Karena itu untuk mewujudkan New Normal, maka sosialisasi akan dilakukan dan paling efektif dengan memanfaatkan tempat terbuka seperti tempat ibadah maupun majelis taklim.
“Saat ini kita akui mungkin pemahaman masyarakat masih belum bagus dengan beberapa alasan, salah satunya adalah sosialisasi lewat banner dan spanduk yang tidak efektif dan kayanya tak dibaca. Lebih efektif dilakukan di medsos, sayangnya informasi betul dan salah bercampur aduk di masyarakat sehingga banyak dijejali informasi hoax dan tak jelas,” jelasnya.
Karena itu pihaknya akan melakukan pendekatan baru dengan yang lebih masif di lapangan sehingga bisa dipahami masyarakat.