TERAS7.COM – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu menjadi momok bagi masyarakat, apalagi ketika musim hujan datang, jutaan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus Dengue siap menebar teror ketakutan bagi masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, Ikhwansyah saat di konfirmasi di ruang kerjanya pada kamis siang (7/2) menjelaskan bahwa DBD mewabah secara cepat di musim penghujan akibat kondisi lingkungan di sekitar masyarakat yang mendukung perkembangan nyamuk untuk berkembang biak dalam jumlah yang besar.
“Masyarakat perlu mengetahui bahwa nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus Dengue yang menyebabkan DBD itu adalah nyamuk yang hidup di air yang bersih, dimana ada penampungan air bersih disitu dia akan berkembang biak, bukan di genangan air seperti tanah rawa-rawa,” ungkapnya.
Ikhwansyah memaparkan bahwa Kasus DBD di Kabupaten Banjar sendiri yang terbanyak ada di Kecamatan Martapura, Sungai Tabuk, dan Astambul.
“Nyamuk Aedes Aegypti tidak berkembang biak di air kotor seperti air rawa-rawa, lalu dimana? Nah di daerah-daerah seperti Sungai Tabuk dan Astambul tersebut tumbuh banyak pohon rumbia, ada yang mati dan kering, lalu masuk musim penghujan dan ada genangan air bersih di pohon rumbia, bersaranglah nyamuk itu disana. Bisa juga bersarang di tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air seperti jukung dan sebagainya,” jelasnya.

Selain diakibatkan oleh kondisi alam, kondisi lingkungan hidup masyarakat yang kurang sehat seperti membuang sampah sembarangan seperti botol-botol dan sampah plastik di sekitar lingkungan rumah pun pun jadi salah satu penyebab berkembangbiaknya nyamuk.
“Terkadang kami juga turun ke kampung-kampung untuk membersihkan sampah di sekitar lingkungan rumah warga, sayangnya ada warga yang cuma mengintip kami melakukan pembersihan tanpa ikut serta, padahal membersihkan lingkungan dari sampah juga penting untuk mencegah timbulnya wabah DBD. Menggerakkan masyarakat sendiri agar sadar dan perduli lingkungan untuk memberantas DBD masih mencukup sulit,” terang Ikhwansyah.
Ikhwansyah pun menambahkan selain akibat lingkungan alam dan kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan, ada sarana lain yang digunakan oleh nyamuk untuk bersarang dan berkembang biak yang tidak diketahui banyak orang.
“Patut diwaspadai penampung air terbuka yang ada di dalam rumah seperti penampungan air kulkas, disana nyamuk bisa bersarang. Makanya kami menekankan bahwa pemberantasan DBD yang paling efektif dengan menerapkan 3M untuk menghindari tumbuhnya jentik, bukan melalui fogging. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, tidak membunuh jentik yang bersarang di penampungan air,” ungkapIkhwansyah.
Ikhwansyah menjelaskan bahwa masyarakat harus tetap melaksanakan 3M dengan menguras tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk serta menjaga kebersihan lingkungan hidup di sekitar.
“Karena yang paling penting dalam pemberantasan DBD adalah pemberantasan jentik, makanya kami sudah lama mensosialisasikan soal Jumantik atau juru pemantau jentik, dimana setiap rumah harus ada 1 orang yang bertugas untuk memantau jentik, baik itu ayah, ibu atau anak. Kalau ini dilaksanakan insya Allah akan mengurangi angka kasus demam berdarah,” terangnya.
Dinkes Kabupaten Banjar sendiri sudah setiap saat melakukan sosialisasi pencegahan DBD dengan program utama memberantas jentik ini, seperti turun ke lapangan, menerbitkan surat edaran tentang bahaya DBD, bekerjasama dengan pramuka untuk membagikan bubuk abate ke masyarakat serta kegiatan pengasapan atau fogging juga terus diintensifkan.