TERAS7.COM – Tempat Wisata Regili di Kalimantan Selatan terbilang banyak. Tempatnya pun tersebar di berbagai penjuru provinsi berjuluk Bumi Lambung Mangkurat tersebut.
Salah satunya di Desa Sambangan Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut yang terdapat makam ulama masyhur yang dipercaya dan dikeramatkan oleh warga setempat, beliau adalah Datu Insad.
Kubah Makam Datu Insad atau nama asli beliau Maulana Abdush Shamad ini berjarak 29 KM dari pusat Kota Banjarmasin.
Meski begitu, makam beliau ramai dikunjungi peziarah oleh masyarakat dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
Kebanyakan para peziarah datang untuk mengambil berkat, memohon doa kepada Allah SWT atau menuluskan nazar mereka melalui perantara waliyullah Datu Insad.
Salah satu peziarah, Miftah mengaku baru pertama kali datang ke Kubah Makam Datu Insad. Menurutnya kegiatan ziarah seperti ini dengan maksud ingin mengambil berkat dari Allah SWT melalui waliyullah-Nya tersebut.
“Kedatangan saya kemari untuk memohon doa dan mengambil berkat dari Allah SWT melalui waliyullah Datu Insad, insya Allah ziarah yang dilakukan ini dapat berkah dari Allah SWT,” ucapnya.
Datu Insad atau Maulana Abdush Shamad wafat pada 5 Rabiul Awal 1135 H/1714 M. Adapun kelahiran beliau diperkirakan pada tahun 1015 H/1594 M.
Dikutip dari laporan dan data penelitian dari mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin, konon Datu Insad berasal dari Kuin Banjarmasin, dan diketahui beliau merupakan murid dari Khatib Dayyan yang sekarang dimakamkan berdekatan dengan Pangeran Suriansyah di Kuin.
Khatib Dayyan merupakan salah satu ulama masyhur di Kalimantan Selatan, beliau mengajarkan ilmu agama Islam, seperti ilmu syariat, ilmu tauhid dan ilmu tentang pengenalan kepada Allah Jalla wa‘ala.
Dimasa hidupnya, Datu Insad dianggap menyalahi adat bagi orang awam, bahkan sulit diterima oleh akal manusia, namun hal itu adalah suatu keharusan bagi Allah untuk memperlihatkan karamahnya sebagai bukti bertanda bahwa Datu Insad atau Maulana Abdush Shamad adalah seorang waliyullah.
Untuk mencari nafkah hidup, Datu Insad mengembara ke daerah Danau Bamban di Desa Martadah yaitu dengan berkebun dan mencari ikan. Keluarga terdekat yaitu sepupu beliau yang bernama Maulana Abdullah Pilung yang sekarang bermakam di Pilung Desa Martadah.
Datu Insad adalah satu-satunya diantara orang yang sangat dekat dengan Khatib Dayyan, sehingga ilmu Khatib Dayyan dilimpahkan kepada Datu Insad untuk membantu kerajaan Banjar.
Karena waktu itu Datu Insad atau Maulana Abdush Shamad ini tidak memiliki pekerjaan. Kemudian beliau diangkat bekerja di kerajaan Banjar oleh Pangeran Suriansyah sebagai pengantar surat ke daerah pantai laut kepada penguasa daerah Tabunio dan sekitarnya dengan berjalan kaki.
Namun dengan kekeramatannya, baru sore hari, Maulana Abdush Shamad sudah tiba di kerajaan Banjar (di Kayu Tangi) karena kecepatannya dalam perjalanan yang jauh menjadi dekat.
Alhasil dari peristiwa tersebut, berita kekeramatan dari Maulana Abdush Shamad ini terdengar sampai pada Khatib Dayyan, bahkan hingga ke kerajaan Demak.
Setelah lama bekerja di kerajaan, Maulana Abdush Shamad tertimpa penyakit kurap, akhirnya beliau meminta kepada Pangeran Suriansyah untuk beristirahat sembari menyembuhkan penyakitnya. Lalu keluarlah beliau dari kerajaan, dan pergi ke daerah padang purun sambil berkhalwat.
Berkat ilmunya beliau menetapkan pegangan tentang diri dan rahasia ilmu atas keyakinan yang sempurna dengan harapan kesembuhan terhadap penyakitnya.
Dari kejadian itulah, nama Maulana Abdush Shamad masyhur dengan sebutan “Datu Insad” artinya “melebur diri kepada insan yang asli”, yang mengandung rahasia kesempurnaan hidup.
Setelah sembuh kemudian beliau berhijrah ke daerah Sambangan untuk mensucikan diri serta menajamkan ilmu ma’rifat dan sekali lagi berita ini sampai pula ke kerajaan Demak.
Hingga diutuslah seorang ahli kebatinan dalam ilmu ma’rifat, yang bernama Datu Shamadi untuk menemui Datu Insad.
Singkat cerita, tibalah Datu Shamadi di muara sungai Kurau dan bertemu dengan seorang nelayan yang mengantarkan beliau kepada Datu Insad.
Saat bertemu, Datu Shamadi mengucapkan salam dan dijawab lah salam tersebut oleh Datu Insad, tiba-tiba Datu Shamadi melihat sebuah kampak dan langsung melontarkannya ke arah Datu Insad.
Kemudian Datu Insad langsung mengambil sepotong kayu dan melemparkannya juga hingga kayu terbelah oleh kampak dan kayu langsung berdiri di atas tanah dengan sendirinya.
Setelah itu diambil lagi oleh Datu Shamadi sebuah halu atau alat penumbuk padi dan dilemparkan ke arah Datu Insad, kemudian Datu Insad mengambil lasung dan halupun langsung menumbuk-numbuk lasung dengan suara yang bertalu-talu.
Tidak puas menguji, Datu Shamadi pun meminta untuk bersembunyi-sembunyian atau petak umpet.
Pertama Datu Shamadi bersembunyi di pahatan tiang dan ditemukan oleh Datu Insad. Kemudian bersembunyi lagi Datu Shamadi di sela-sela atap rumah dan ditemukan untuk kedua kalinya oleh Datu Insad.
Pada percobaan ketiga, Datu Shamadi bersembunyi di selubung bambu ataualat untuk meniup bara api dan ditemukan lagi oleh Datu Insad.
Setelah tiga kali, kali ini giliran Datu Insad yang bersembunyi, dengan perjanjian jika Datu Shamadi berhasil menemukannya maka Datu Insad siap berguru kepada Datu Shamadi, tetapi jika tidak berhasil menemukan maka ilmu ma’rifat Datu Insad lebih tinggi dari Datu Shamadi.
Kemudian setelah perbincangan itu, Datu Insad langsung menghilang. Lelah mencari, Datu Shamadi mulai bosan dan menyerah.
Ternyata Datu Insad bersembunyi di rahasia jantung hati Datu Shamadi. Dimana saat Datu Shamadi menarik nafas dan Datu Insad masuk ke dalam perutnya.
Hingga sejak itu Datu Shamadi mengakui keilmuan ma’rifat Datu Insad dan merelakan dirinya sebagai khadam atau pesuruh hingga akhir hayatnya.
Kemudian diperintahkanlah oleh Datu Insad agar Datu Shamadi membantunya bertani untuk menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Semenjak itulah banyak masyarakat yang datang untuk bertamu kepada kedua Datu tersebut. Sehingga Datu Shamadi sering dipanggil oleh masyarakat dengan sebutan “Mastanian” yang berarti “abang atau kaka yang bertani”, dan masyhur sebutan itu hingga sekarang.
Makam Datu Shamadi juga berada satu Kubah dengan Makam Datu Insad di Desa Sambangan Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut.