Marning !!! (popkron; brondong)
“Ojo mbok woco yen durung bayaran. Nggarai mumet ndas” (gunakan google translate apabila anda bingung menterjemahkan artinya)
Ketiklah kata ‘pung’ pada aplikasi google translate dengan memberikan centang pada fitur detect language, maka akan terdeteksi terjemahan kata tersebut dari bahasa Danks (Denmark) yang berarti ‘dompet‘.
Kemudian lanjutkan dengan mengetik kata ‘li’ masih dengan fitur yang sama – detect language -, maka akan muncul terjemahannya dari bahasa yang berbeda yakni bahasa Kurdish yang memiliki arti ‘pada’.
Dengan kombinasi dua terjemahan bahasa di atas – meskipun sangat dipaksakan karena sama sekali tidak linier – kata ‘pung’ dan ‘li’ jika dikawinkan (baik tercatat maupun siri) akan mempunyai makna ‘pada dompet‘.
Ada apa dengan dompet?
Dompet bisa dimaknai sebagai sebuah benda atau barang berfungsi sebagai wadah untuk membawa uang dan perlengkapan lainnya (kartu segala kartu, cek, kertas kasbon, bahkan dompet kini semakin membesar sehingga muat handphone, ‘kantipan kuku’ bahkan sampai buku catatan hutang).
Seiring perkembangan zaman dan fashion, dompet kini juga berfungsi sebagai penunjang penampilan alias gaya hidup (lifestyle).
Dari pilihan dompet yang dikenakan kita (kita? lu aja keles!) dapat membedakannya dalam 4 kategori karakter manusia :
1. Branded dan berisi;
2. Branded tapi tanpa isi (bokek);
3. Tak branded tapi berisi; dan
4. Tak branded tak berisi pula.
Meskipun di sela-sela 4 kategori di atas sebenarnya terdapat pula kategori honorable mention, yakni kategori asal branded biarpun kw 23.
Oke, tak mengapa. Bukan soal. Persoalan akan muncul ketika gaya hidup justru menambah berat beban hidup kita.
Ingat hukum II Newton tentang gerak.
Dalam persamaan :
Fₙₑₜ= m x a,
dengan Fₙₑₜ menyatakan resultan gaya pada benda, m massa benda, dan a percepatan pada benda.
Hukum II Newton ini menyatakan bahwa saat gaya yang diberikan pada suatu benda tidak seimbang, benda tersebut akan mengalami percepatan.
Percepatan ini ditentukan oleh resultan gaya pada benda, serta massa benda itu sendiri. Percepatan dapat dihitung bila gaya yang diberikan pada benda dan massa benda tersebut diketahui.
Nah, Newton sendiri sudah mengingatkan, bahwa kita ini ibarat sebuah benda yang tidak seimbang. Yang setiap saat kapan saja bisa diterpa gaya.
Jika akselerasimu terhadap gaya faktanya tidak selaras dengan m̶̷̶a̶̷̶s̶̷̶s̶̷̶a̶̷̶ saldo rekeningmu, maka dijamin beban hidupmu akan semakin berat pula.
Ingat! Gaya tidak selalu berbanding lurus dengan kebutuhan. Ia lebih cenderung berpihak pada keinginan.
Kemudian bandingkan pula dengan rumus mekanika fluida tentang tekanan :
Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, di mana arah gaya tegak lurus dengan luas permukaan atau penampang.
Secara matematis, tekanan dinyatakan dengan persamaan :
p = F/A
Dimana :
p : Tekanan (N/m² atau dn/cm²)
F : Gaya (N atau dn)
A : Luas alas/penampang (m² atau cm²)
Jika kamu kelebihan gaya, sementara tampangmu faktanya tidaklah mendukung-mendukung amat, percayalah hidupmu sedang dalam tekanan.
Untuk itu seyogyanya hidup ini menganut rumus usaha, yakni :
W= F x s,
Dimana :
W (work) adalah usaha;
F (force) adalah gaya;
s (distance) adalah jarak yang ditempuh/perpindahan
Usaha/kerja (Work) adalah energi yang disalurkan gaya ke sebuah benda sehingga benda tersebut bergerak.
Maka, jika ingin memperoleh perubahan/perkembangan dalam hidup, bukan gaya yang diperbesar melainkan usaha yang diperbanyak.
Akan lebih bagus lagi jika ditambah do’a.
Demikian, semoga kita semua senantiasa diberkahi kebijakan, kebahagiaan, kekayaaan dan kesehatan oleh Allah SWT. Aamiin.
Wassalam.
Bang Asys
Seorang anak manusia yang berusaha menulis dengan baik namun selalu terganggu oleh tuntutan dan kondisi kehidupan